CINTA ITU "WALAUPUN" BUKAN "KARENA"

Sabtu, 12 Maret 2011

PENGERTIAN PERILAKU


PENDAHULUAN
Latar belakang
Menurut pendapat para ahli psikologi modern bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, selain dipandang sebagai makhluk biologis, juga makhluk unik yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya dimuka bumi. Manusia adalah subjek sekaligus objek, serta makhluk individual sekaligus social. Namun manusia pada umumnya tidak bersifat pasif, yaitu menerimah keadaan dan tunduk pada suratan tangan atau kodratnya, tetapi secar sadar dan aktif menjadikan dirinya sesuatu.proses perkembangan perilaku manusia sebagian ditentuakan oleh kehendaknya sendiri, dan sebagian bergantung pada alam.
Seperti yang disebut di atas bahwa manusia adalah makhluk biologis yang memilki cirri-ciri : bernapas, membutuhkan makanan dan bergerak. Secara alamiah manusia adalah makhluk yang sejak lahir tidak dibekali alat-alat untuk bertahan hidup dalam lingkungannya. Sebagai makhluk biologis, sebenarnya manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Modal utama manusia untuk dapat bertahan dalam dunia ini karena memilki akal dan kecerdasan.
Perilaku manusia tidak lepas dari proses pematangan organ-organ tubuh. Sebagi ilustrasi bahwa seorang bayi belum dapat duduk atau berjalan apabila oragan-organ tubuhnya belum cukup kuat untuk menopang tubuh. Oleh karena itu perlu pematangan tulang belakang terutama tulang leher, punggung pinggang, dan kelangkang serta tulang kaki.
Perilaku seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya rangsangan (stimulasi), baik dalam diri (internal) maupun dari luar diri seseorang (eksternal). Pada hakikatnya perilaku seseorang mencakup perilaku yang tampak (over behavior) dan atau perilaku yang tiadak tampak (innert behavior atau covert behavior). Jadi perilaku seseorang timbul sebagain akibat adanya interaksi antara rangsangan dan organisme.
 Manusia memang individu yang kompleks sehingga perilakunya juga tidak sederhana. Perilaku manusia tidak sekedar memperhitungkan untung dan rugi saja. Bisa jadi perilaku yang tampak merugikan dimata seseorang akan dianggap menguntungkan bagi orang lain. Bagaimana seseorang berperilaku, secara garis besar bisa dijelaskan melalui penguatan kontigensi (contigency of reinforcement).

Perilaku manusia melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan tempat terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari perilaku tersebut. Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi oleh keadaan tiga komponen tersebut. Penjabarannya dalam perilaku berkendaraan di jalan raya cukup sederhana. Misalkan seorang pengendara berada di persimpangan jalan yang sepi (kondisi lingkungan) kemudian ia memutuskan untuk melanggar lampu lalu lintas (perilaku). Konsekuensi dari perilaku ini adalah perjalanan yang lebih cepat. Selain itu pengendara tersebut juga tidak ditangkap petugas karena memang tidak ada petugas di persimpangan jalan tersebut. Perilaku pelanggaran seperti ini akan cenderung diulangi karena mendapat penguatan positif atau hadiah yaitu proses perjalanan yang lebih cepat dan tidak tertangkap oleh petugas.
Skenario yang muncul akan berbeda bila situasinya berbeda pula. Pada situasi persimpangan jalan yang dijaga oleh petugas (kondisi lingkungan) seorang pengendara berkeputusan untuk melanggar lampu lalu lintas. Konsekuensinya ia akan ditangkap oleh petugas dan mendapatkan surat tilang. Perilaku pelanggaran seperti ini akan cenderung tidak diulangi karena mendapatkan penguatan negatif (hukuman) yaitu berupa surat tilang yang tentu saja bermuara pada denda yang harus dibayar.
PENGERTIAN PERILAKU
Dari sudut biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan yang dapat di amati secara langsung maupun tidak langsung
Menurut soekidjo,N, 1993. perilaku adalah suatu aktifitas amanusia itu sendiri.
Menurut robert kwick, 1974. perilaku hádala tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat amati dan bahkan dapat di pelajari
Menurut sri kusmiyati dan desminiarti 1990, perilaku ádalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.
Perubahan perilaku yang diinginkan atau diharapkan pada proses pendidikan, dapat terjadi
melalui perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan atau masing-masing berpengaruh langsung pada perubahan perilaku, walaupun kondisi yang terakhir ini dapat terjadi dengan
tidak mudah.
Sikap dan Perilaku
Mengutip pendapat Krech dan Crutchfield (1954) yang mengatakan: ;ldquo;As we have already indicated, attitudes lie behind many of the significant and dramatic instances of man ;rsquo;s behavior. It is for reason that many psychologists regard the study of attitudes as the central problems of social psychology ;rdquo;, Bimo Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Sementara sikap pada umumnya mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
Selanjutnya menurut Myers (1983), perilaku adalah sikap yang diekspresikan (expressed attitudes). Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sementara Kurt Lewin (1951, dalam Brigham, 1991) merumuskan satu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E), dengan rumus: B = f(P,E). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu.
Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di samping itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan. Demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi individu, demikian sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam perspektif psikologi, perilaku manusia (human behavior) dipandang sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks (Bandura, 1977; Azwar, 2003).
Lebih lanjut, Icek Ajzen dan Martin Fishbein (1980, dalam Brehm and Kassin, 1990) mengemukakan teori tindakan beralasan (theory of reasoned action). Dengan mencoba melihat anteseden penyebab perilaku volisional (perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri), teori tindakan beralasan ini didasarkan pada asumsi-asumsi: (a) bahwa manusia pada umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal; (b) bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada; dan (c) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan mereka.
Teori tadi kemudian diperluas dan dimodifikasi oleh Ajzen (1988) dengan teori perilaku terencana (theory of planned behavior), di mana determinan intensi tidak hanya dua (sikap terhadap perilaku yang bersangkutan dan norma-norma subjektif) melainkan tiga dengan diikutsertakannya aspek kontrol perilaku yang dihayati (perceived behavioral control). Keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma subjektif, dan pada kontrol perilaku yang dihayati. Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.

Ciri-ciri perilaku menurut sarlito wirawan sarwono perilaku adalah kepekaan social, kelangsungan perilaku, oreintasi pada tugas, usa dan perjuangan, tiap individu adalah unik.secara sinbgkat dapat di uraikan sebagai berikut :
1.    kepekaan social, artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan perilakunya sesuai pandangan dan harapan orang lain.
2.    kelangsungan perilaku, artinya antara perilaku yang satu ada kaitannya dengan perikau yangf lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilku yang baru lalu, dan seterusnya. Dalam kata lain bahwa perilaku manusia terjadi secara berkesinambungan bukan secara serta merta. Jadi, sebenarnya perilku manusia tidak pernah berhenti pada suatu saat.
3.    usaha dan perjuanagan     
PROSES TERBENTUK PERILAKU
perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan.menurut abraham maslow manusia memilki lima kebutuhan  dasar
a.    kebutuhan fisiologis atau biologis
b.    kebutuhan rasa aman
c.    kebutuhan mencintai dan cintai
d.    kebutuhan harga diri
e.    kebutuhan aktualisasi diri
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SESEORANG.
A.   Faktor genetik atau faktor endogen
Faktor genetik tau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk lanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu antara lain
a.    Jenis ras
b.    Jenis kelamin
c.    Sifat fisik
d.    Sifat kepribadian
e.    Bakat pembawaan
f.     Inteligensi
B.   faktor eksogen atau faktor dari luar individu
a.    faktror lingkungan
b.    faktor penddikan
c.    agama
d.    sosial ekonomi
e.    kebudayaan
f.     faktor-faktor lain.
BENTUK PERILAKU
Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam yaitu :
  • perilaku pasif, yaitu perillaku yang sifatnya masih tertutup terjadi dalam diri  individu dan tidak dapat diamati secara langsung.
  • Perilaku aktif, yaitu perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat di amati langsung, berupa tindakan yang nyata.
DOMAIN PERILAKU
Rounded Rectangle: 1.cognitive domain
(ranah kognitif)Menurut benyamin bloom yang dapat di paparkan oleh natoatmodjo, 1997. perilaku manusia dapat di bagi kedalam tiga domain.








 

Rounded Rectangle: 3. psychomotor domain
(ranah psikomotor)Rounded Rectangle: 2. affective domain
(rana afektif)Oval: Perilaku


Pengukuran domain perilaku :
a.    Cognitive domain, diukur dari knowledge (pengetahuan).
b.    Affective domain, diukur dari attitude (sikap)
c.    Psyichomotor domain, diukur dari psychomotor/practive (keterampilan)

A. Sekilas Tentang Perilaku
            Menurut Marquis, terapi tingkah laku adalah suatu teknik yang menerapkan informasi-informasi ilmiah guna menemukan pemecahan masalah manusia. Jadi tingkah laku berfokus pada bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja yang menentukan tingkah laku mereka.
Istilah terapi tingkah laku atau konseling behavioristik berasal dari bahasa Inggris Behavior Counseling yang untuk pertama kali digunakan oleh Jhon D. Krumboln (1964). Krumboln adalah promotor utama dalam menerapkan pendekatan behavioristik terhadap konseling, meskipun dia melanjutkan aliran yang sudah dimulai sejak tahun 1950, sebagai reaksi terhadap corak konseling yang memandang hubungan antar pribadi, antara konselor dan konseling sebagai komponen yang mutlak diperlukan dan sekaligus cukup untuk memberikan bantuan psikologis kepada seseorang. Aliran baru ini menekankan bahwa hubungan antar pribadi itu tidak dapat diteliti secara ilmiah, sedangkan perubahan nyata dalam prilaku konseling memungkinkan dilakukan penelitian ilmiah.
Perubahan dalam perilaku itu harus diusahakan melalui suatu proses belajar atau belajar kembali yang berlangsung selama proses konseling. Oleh karena itu proses konseling dipandang sebagai suatu proses pendidikan yang terpusat pada usaha membantu dan kesediaan dibantu untuk belajar perilaku baru, dan dengan demikian mengatasi berbagai macam masalah. Perhatian difokuskan pada perilaku-perilaku tertentu untuk dapat diamati, yang selama proses konseling melalui prosedur-prosedur dan teknik-teknik tertentu akhirnya menghasilkan perubahan yang nyata, yang juga dapat disaksikan dengan jelas. Jadi perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena itu dapat diubah dengan belajar baru. Dengan demikian, proses konseling pada dasarnya sebagai suatu proses belajar.

B.     Konsep Utama, Ciri-ciri dan Tujuan Perilaku

Konsep utama terapi tingkah laku ini adalah keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagai bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu :
a.   Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah berdasarkan bekal keturunan dan lingkungan (nativisme dan empirisme), terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas kepribadiannya.
b.   Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya  dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
c.   Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar. Kalau pola-pola lama dahulu dibentuk melalui belajar,pola-pola itu dapat diganti melalui usaha belajar yang baru.
d.   Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi oleh perilaku orang lain.

Sejalan dengan keyakinan-keyakinan itu, bagi seorang konselor perilaku konseling merupakan hasil pengelaman-pengalaman hidupnya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kalau perilaku konseling ditinjau dari sudut pandang, apakah perilaku itu tepat dan sesuai dengan situasi kehidupannya atau tidak tepat atau salah atau dikatakan bahwa baik tingkah laku tepat maupun tingkah laku salah, maka merupakan hasil belajar, karena tingkah laku salah juga merupakan hasil belajar, tingkah laku yang salah itu juga dapat dihapus dan diganti dengan tingkah laku yang tepat melalui proses belajar. Dengan kata lain kalau seseorang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri, hal itu disebabkan karena seseorang itu telah belajar bertingkah laku yang salah.

Adapun ciri-ciri terapi perilaku itu sendiri adalah :
1.      Pemusatan perhatian pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
2.      Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment
3.      Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah
4.      Penaksiran obyektif atau hasil-hasil terapi.

Sedangkan tujuan dari terapi perilau itu adalah menciptakan proses baru bagi proses belajar, karena segenap tingkah laku adalah dipelajari. Ada beberapa kesalahpahaman tentang tujuan terapi tingkah laku, antara lain :
1.   Bahwa tujuan terapi semata-mata menghilangkan gejala suatu gangguan tingkah laku dan setelah gejala itu terhapus, gejala baru akan muncul karena penyebabnya tidak ditangani.
2.   Tujuan klien ditentukan dan dipaksanakan oleh terapi tingkah laku.

C.     Teknik-teknik Terapi Perilaku
Ada lima macam teknik terapi perilaku, yaitu :
1.      Desensitisasi Sistematik
Teknik ini digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan pemunculan tingkah
         laku yang hendak dihapus.
2.      Teknik Inflosif dan Pembanjiran
         Teknik ini berlandasakan kepada paradigma penghapusan eksperimental. Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus dalam
         kondisi berulang-ulang tanpa memberikan penguatan.
3.      Latihan Asertif
    Teknik ini diterapkan pada individu yang mengalami kesulitan menerima kenyataan bahwa menegaskan diri adalah tindakan 
    yang layak benar. Latihan atau teknik ini membantu orang yang :
   -         Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung
    -         Memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak
    -         Dan bentuk lainnya
4.      Teknik Aversi
    Teknik ini digunakan untuk meredakan gangguan behavioral yang spesifik     dengan stimulus yang menyakitkan sampai
    stimulus yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Stimulus aversi    ini biasanya berupa hukuman dengan kejutan
    listrik atau pemberian ramuan yang memualkan.
5.      Pengkondisian Operan
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang mencari ciri organisme yang aktif, yang beroperasi di 
    lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat.

D.     Kegunaan Terapi Perilaku

Terapi tigkah laku dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai gangguan tingkah laku dari yang sederhana hingga yang kompleks, baik individu atau kelompok. Di samping itu terapi tingkah laku dapat dilaksanakan oleh guru, pelatih, orang tua atau pasien itu sendiri.
DASAR-DASAR PERILAKU
Karakter Manusia tidak terbentuk secara tiba-tiba, tetapi bermodal
tabiat bawaan genetika orang tuanya kemudian terbangun sejalan dengan
proses interaksi social dan internalisasi nilai-nilai dalam medan
Stimulus dan Respond sepanjang hidupnya. Perilaku manusia tidak cukup
difahami dari apa yang nampak, tetapi harus dicari dasarnya.
Tidak
semua senyum bermakna keramahan, demikian juga tidak semua tindak
kekerasan bermakna permusuhan. Diantara yang mendasari tingkah laku
manusia adalah :
· Instinc. Instinc bersifat universal; seperti (1) instinct menjaga
diri agar tetap hidup, (2) instinct seksual dan (3) instinct takut.
Semua manusia memiliki instinct ini.
Adat kebiasaan. Perbuatan yang diulang-ulag dalam waktu lama oleh
perorangan atau oleh kelompok masyarakat sehingga menjadi mudah
mengerjakannya, disebut kebiasaan. Cara berjalan, cara mengungkapkan
kegembiraan atau kemarahan, cara berbicara adalah wujud dari
kebiasaan. Orang merasa nyaman dengan kebiasaan itu meski belum tentu
logis.
· Keturunan. Ajaran Islam menganjurkan selektip memilih calon
pasangan hidup, karena karakteristik genetika orang tua akan menurun
kepada anaknya hingga pada perilaku.
· Lingkungan. Menurut sebuah penelitian psikologi; 83% perilaku
manusia dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar
dan 6% sisanya oleh berbagai stimulus.
· Motivasi. Setiap manusia melakukan sesuatu pasti ada tujuan yang
ingin dicapai. Motivasi melakukan sesuatu bisa karena (a) keyakinan
terhadap sesuatu, (b) karena terbawa perilaku orang lain, (c) karena
terpedaya atau terpesona terhadap sesuatu.
· Keinsyafan. Keinsyafan merupakan kalkulasi psikologis yang
berhubungan dengan (a) ketajaman nurani, atau (b) kuatnya cita-cita
atau (c) kuatnya kehendak.















1 komentar: